๐ด๐ฌ๐ถ๐บ ๐ญ๐ช๐ข๐ต ๐ฎ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ช๐ด๐ฎ๐ฆ ๐ต๐ณ๐ข๐ฏ๐ด๐ฎ๐ช๐ด๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ซ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฐ๐ฏ๐ฆ๐ต๐ฆ๐ณ
Nama : Aswinda
Nim : B1A118025
Hello fellas, kali ini saya
akan mengajak kalian semua untuk mengetahui apa itu “Mekanisme Transmisi
Kebijakan Moneter”. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan
sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi
kondisi perekonomian, terutama pendapatan nasional dan laju perubahan
harga.konsep dasar mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari instrumen
kebijakan yang mempengaruhi sasaran operasional,sasaran antara dan sasaran akhir.
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan
stabil. Untuk mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga
kebijakan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai instrumen kebijakan utama
untuk memengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir
pencapaian inflasi. Proses tersebut atau transmisi dari keputusan BI-7 Day
Reverse Repo Rate (BI7DRR) sampai dengan
pencapaian sasaran inflasi tersebut melalui berbagai channel dan memerlukan
waktu (time lag).
Mekanisme transmisi kebijakan
moneter ini memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa
berbeda. Dalam kondisi normal, perbankan akan merespons kenaikan/penurunan BI-7
Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dengan
kenaikan/penurunan suku bunga perbankan. Namun demikian, apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respons perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
akan lebih lambat. Sebaliknya, apabila perbankan sedang melakukan
konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan
peningkatan permintaan kredit tidak selalu direspons dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan
juga tidak selalu direspons oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat
apabila prospek perekonomian sedang lesu. Efektivitas transmisi kebijakan
moneter dipengaruhi oleh kondisi
eksternal, sektor keuangan dan perbankan, serta sektor riil.
Pada jalur suku bunga,
perubahan BI 7DRR memengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit
perbankan. Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ketat
melalui peningkatan suku bunga yang berdampak pada permintaan agregat sehingga
menurunkan tekanan inflasi. Sebaliknya, penurunan suku bunga BI 7DRR akan
menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan kredit dari perusahaan dan
rumah tangga meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Hal ini meningkatkan aktivitas konsumsi
dan investasi sehingga mendorong perekonomian.
Perubahan suku bunga BI 7DRR
dapat memengaruhi nilai tukar (jalur nilai tukar). Kenaikan BI 7DRR, sebagai
contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan
suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di
Indonesia, karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi
nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih
murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang
kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Apresiasi nilai
tukar tersebut akan berdampak pada penurunan tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI 7DRR
juga memengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku
bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi, sehingga
mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi
kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan
investasi. Hal ini akan mengurangi permintaan agregat sehingga menurunkan
tekanan inflasi. Dampak perubahan suku bunga pada kegiatan ekonomi juga
memengaruhi ekspektasi publik terhadap inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan
suku bunga akan mendorong aktivitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi akan mendorong
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih
tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen
melalui kenaikan harga.
Sumber :
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/default.aspx
Komentar
Posting Komentar