๐ข๐บ๐ฐ ๐ฃ๐ฆ๐ญ๐ข๐ซ๐ข๐ณ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ช ๐ข๐ฑ๐ข ๐ช๐ต๐ถ ๐๐ฐ๐ฅ๐ฆ๐ณ๐ฏ ๐๐ฐ๐ฏ๐ฆ๐ต๐ข๐ณ๐บ ๐๐ฉ๐ฆ๐ฐ๐ณ๐บ (๐๐๐)
Nama : Aswinda
Nim : B1A118025
Hai Assalamu’alaikum, kali ini
saya akan mengajak kalian untuk mempelajari dan menegatahui apa itu “Modern
Monetary Theory (MMT)”. MMT atau teori moneter modern merupakan sebuah
pendekatan dalam mengelola perekonomian. Teori ini dikembangkan sejak era 90-an
oleh seorang pakar ekonomi Profesor Bill Mitchell dan beberapa orang akademisi
asal Amerika Serikat seperti Profesor Randall Wray dan Stephanie Kelton, serta
seorang bankir Warren Mosler.
·
Apa itu Modern Monetary Theory (MMT)
Teori
Moneter Modern atau Teori Uang Modern adalah teori makroekonomi heterodoks yang
menggambarkan mata uang sebagai monopoli publik dan pengangguran sebagai bukti
bahwa monopoli mata uang terlalu membatasi pasokan aset keuangan yang
diperlukan untuk membayar pajak dan memenuhi keinginan menabung.
Landasan
dari MMT sebenarnya adalah teori ekonomi yang dicetuskan oleh seorang ekonom
asal Inggris John Maynard Keynes di era 1930 hingga 1940-an. Mereka yang
mengembangkan teori ini mengklaim diri mereka sebagai penerus teori ekonomi
post-Keynessian yang kini dikenal sebagai teori moneter modern.
Gagasan
utama dari MMT adalah bahwa pemerintah tidak perlu ragu atau takut akan
munculnya defisit pada anggaran negara yang tinggi, inflasi, goyahnya nilai
tukar mata uang, hingga pengeluaran yang terlalu besar untuk pemulihan ekonomi.
Para pakar ekonomi pro-MMT menilai pemerintah dapat berperan besar dalam
pengendalian masalah ekonomi, termasuk inflasi.
·
Kritik Terhadap Modern Monetary Theory (MMT)
MMT
berasumsi setiap negara memiliki otoritas yang tidak dimiliki rumah tangga dan
perusahaan, yakni mencetak uang. Mengelola satu negara tidak bisa disamakan
dengan mengelola rumah tangga atau perusahaan yang punya banyak keterbatasan
keuangan. Negara tidak.
Negara
tidak perlu takut dengan defisit, inflasi, dan pelemahan nilai tukar. Negara
bisa mencetak uang sebanyak dia perlukan untuk memenuhi tercapaianya tingkat
pekerjaan penuh sehingga tidak ada lagi pengangguran. Negara bisa mengeluarkan
uang (spending) untuk mengelola dan memajukan bisnis, UMKM, hingga pendapatan
individu.
Defisit
sebesar apapun bukan ancaman. Pemerintah tidak lagi perlu meminjam uang dari
luar negeri untuk membiayai defisitnya. MMT menilai dengan mencetak uang atas
kedaulatannya sendiri maka pemerintah mengurangi beban utang luar negeri.
Teori ini sekilas terdengar indah dan serba-mudah. Namun, banyak celah yang menurut Paul Krugman --ekonom peraih Nobel Ekonomi-- membingungkan dan tidak konsisten. Dan, tentu, berbahaya.
Paul
Krugman, Kenneth Rogoff, dan Larry Summers menyatakan MMT tidak masuk akal.
Krugman menulis bahwa prinsip-prinsip di balik MMT adalah "tidak dapat dipertahankan"
dan argumen yang dibuat oleh para pendukung MMT adalah tidak masuk akal dan
menyesatkan. Menurut Rogoff, MMT adalah sebuah teori omong kosong berdasarkan
pada beberapa kesalahpahaman mendasar. Larry Summers berpendapat bahwa
merangkul Teori Moneter Modern adalah resep untuk bencana.
Kritik-kritik
yang kemudian muncul dari kaum ekonom konvensional adalah bagaimana mencetak
uang baru sebanyak-banyaknya dengan inflasi yang tetap rendah? Dasar apa yang
membuat MMT yakin defisit tinggi tidak berdampak besar terhadap nilai tukar? Bagaimana
dengan suku bunga yang bisa sampai nol persen dengan cetak uang baru ini?
Bagaimana cara hindari hiperinflasi dari cetak uang baru yang masif dan
diberikan langsung kepada publik? Bagaimana risiko moral atas cetak uang baru?
Semua
pertanyaan ini tidak bisa dijelaskan secara ilmiah dengan model ekonomi yang
riil dari para pendukung MMT. Kecuali, mereka hanya menyampaikan asumsi-asumsi
dan contoh-contoh yang pada sisi lain dinilai kurang relevan.
·
Strategi Kebijakan di masa Pandemi Covid-19
a)
Pembiayaan Quasi-Fiscal ‘Cetak Uang’ Bank Sentral di Masa Pandemi
Best
practice ‘cetak uang’ dilakukan melalui pembelian surat-surat
berharga pemerintah dan swasta
b)
Koordinasi Kebijakan KSSK untuk Mitigasi
Covid-19
Pembelian
SUN/SBSN di pasar perdana oleh Bank Indonesia dalam penanganan Covid-19
-
Sebagai langkah dalam ”kondisi kegentingan yang
memaksa”. Tetap terukur dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap inflasi.
Apabila kondisi kembali normal, Bank Indonesia tidak akan melakukan pembiayaan
defisit fiskal dengan pembelian SUN/SBSN dari pasar perdana sebagaimana diatur
dalam UU Bank Indonesia.
-
Bank Indonesia sebagai “last resort”.
Pemerintah akan memaksimalkan sumber dana yang ada (SILPA, BLU, dll), pinjaman
Bank Dunia dan ADB, serta penerbitan SUN/SBSN di pasar baik pasar domestik
maupun global. Dalam hal kapasitas pasar tidak mencukupi dan/atau menyebabkan
kenaikan yield yang terlalu tinggi, Bank Indonesia dapat ikut membeli
sebagian di pasar perdana tersebut.
3
(Tiga) jenis SBN yang diterbitkan Pemerintah yang pembeliannya dapat dilakukan
Bank Indonesia di pasar perdana Pembelian SUN/SBSN di pasar perdana oleh Bank
Indonesia dalam penanganan Covid-19
1)
SBN untuk Pembiayaan Umum APBN
2)
SBN untuk Pembiayaan Program Pemulihan Ekonomi
dalam APBN
3)
SBN untuk Pembiayaan Program Restrukturisasi
Perbankan
Gagasan
teori MMT dalam penanganan covid-19: tidak ada batasan untuk pembiayaan
(“defisit anggaran dapat diatasi oleh bank sentral”). Negara harus mampu
mengompensasi hilangnya pendapatan yang disebabkan oleh wabah covid-19 kepada sektor
perusahaan, pekerja, wiraswasta, dan seluruh masyarakat yang terkena dampak
tanpa batasan keuangan
Usulan
DPR: BI dapat mencetak uang Rp 600 T untuk membiayai langkah pemerintah dalam
penanganan Covid-19.
Risiko:
…. ”Not just about inflation”
-
Lonjakan Uang Primer (high powered money).
Potensi tinggi untuk peningkatan JUB (ke depan) & susah ditarik pada saat kondisi
mulai normal. Potensi tekanan inflasi akan tinggi.
-
Fakta empiris: (i) nature of S-schedule,
and (ii) lack of supply response (supply side rigidity) /
mobilitas SD terkendala (walau under-employment), mendorong inflasi secara
signifikan.
-
Pasca covid JUB susah ditarik: kenaikan pajak
untuk menyerap JUB sulit diterapkan dlm kondisi gangguan daya beli. Keenganan
masyarakat & godaan otoritas u langkah lanjutan (time inconsistency
problem).
-
Menurunkan kredibilitas kebijakan makro,
memperburuk sentimen pasar. Tekanan NT naik.
-
Tekanan inflasi dan NT memperburuk fundamental ekonomi
& guncangan SSK.
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Modern_Monetary_Theory
https://www.akseleran.co.id/blog/apa-itu-mmt/
https://www.republika.co.id/berita/qaoo27318/kritik-paul-krugman-cs-atas-teori-cetak-uang-mmt
https://www.spektro-bi.org/explorer/20200530084022_MMT_-_BINS_OLS_290520_S+.pdf
Komentar
Posting Komentar